Variabel-Variabel yang Memengaruhi Keseimbangan Normal Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa Untuk mempertahankan kesehatan dibutuh...
loading...
Variabel-Variabel yang Memengaruhi Keseimbangan Normal Cairan,
Elektrolit, dan Asam Basa
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa di dalam tubuh. Sistem cairan,
elektrolit, dan asam basa bukan berada dalam keadaan statis atau dalam kesatuan
fisiologis yang tunggal. Banyak variabel yang dapat mengubah atau memengaruhi
distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Variabel utama yang memengaruhi
keseimbangan normal cairan, elektrolit, dan asam basa adlah usia, ukuran tubuh,
temperatur lingkungan, dan gaya hidup.
1.
Usia.
Usia memengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Perubahan cairan dan
elektrolit terjadi secara normal sering dengan perubahan perkembangan
seseorang. Total proposi air dalam tubuh bayi lebih besar dari pada total
proposi air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau orang dewasa. Pada
kenyataannya, bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kekurangan
volume cairan atau ketidak seimbangan hiperosmolar karena per kilogram berat
tubuhnya akan kehilangan air yang lebih besar secara proporsional seperti
sebagai berikut.
a.
Anak-anak. Ketika anak-anak terserang penyakit, respons pangaturan dan kompensasi
mereka terhadap ketidak seimbangan menjadi kurang stabil dan dalam perubahan
yang besar. Sering kali respons anak-anak terhadap penyakit adalah menjadi
demam sehingga dapat meningkatkan kecepatan kehilangan air yang tidak dirasakan.
b.
Remaja.
Peningkatan kecepatan pertumbuhan pada remaja akan meningkatkan proses
metabolik dan akibatnya sejumlah air akan dihasilkan sebagai produk akhir
metabolisme. Perubahan keseimbangan cairan pada remaja perempuan lebih besar
karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi.
c.
Lansia.
Risiko klien lansia untuk mengalami ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
mungkin berhubungan dekat dengan penurunan fungsi ginjal dan ketik mampuan
untuk mengonsentrasikan urine. Selain itu, jumlah total air tubuh menurun
seiring dengan peningkatan usia. Faktor risisko lain yang terutama memengaruhi
seiring dengan peningkatan usia adalah penggunaan obat-obat diuretik.
2.
Ukuran tubuh. Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam
tubuh. Lemak tidak mengandung air karena itu klien yang gemuk memiliki proporsi
air tubuh yang lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di
dalam payudara dan paha mereka dari pada pria. Akibatnya, jumlah total air
tubuh pada wanita lebih kecil dari pada pria walaupun usia mereka sama.
3.
Temperatur lingkungan. Tubuh berespons terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan dalam
bentuk perubahan cairan. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan tubuh
yang menyebabkan kehilangan ion-ion natrium dan klorida. Apabila temperatur di
sekitar kita meningkat sampai dia atas 32,20 atau jika di atas 38,30, keringat
akan banyak keluar. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan darah perifer untuk
mengurangi suhu tubuh. Oleh karena volume kerimgat yang keluar bervariasi dari
0-1.000ml/jam atau bahkan lebih, dehidrasi dapat terjadi tanpa danya
penggantian cairan yang adekut. Namun, normalnya mekanisme rasa haus akan
menstimulasi penggantian tersebut.
4.
Gaya hidup. Gaya hidup memberikan pengaruh tidak langsung pada keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa antara lain sebaagai berikut.
a.
Diet. Asupan diet cairan, garam, kalsium, magnesium, dan karbohidrat
yang penting lemak, serta protein membantu tubuh mempertahankan status cairan,
elektrolit, dan asam basa. Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh berupaya
untuk mempertahankan cadangan protein dengan memecah cadangan glikogen dan
lemak.
b.
Strest. Strest meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid,
menyebabkan retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan sekresi ADH akan
menurunkan haluaran urine. Efek respons strest adalah meningkatkan volume
cairan. Akibatnya, curah jantung, tekanan darah, dan perfusi ke organ-organ
utama meningkat.
c.
Olahraga. Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata
melalui keringat. Klien yang melakukan olahraga dapat berespon terhadap
mekanisme rasa haus dan membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan meningkatkan asupan cairan. Atlet yang melakukan olahraga
berat secara terus-menerus harus mengganti kehilangan cairannya dengan cairan
yang mengandung elektrolit.
Dehidrasi berat merupakan suatu keadaan yakni
seseorang mengalami kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter atau 10% BB tubuh.
Ketidak seimbangan osmolar (dehidrasi) terjadi jika ada kehilangan air tanpa
disertai kehilangan elektrolit yang proposional, terutama natrium. Hal ini
menyebabkan kadar natrium serum dan osmolaritas (konsentrasi) serta dehidrasi
intrasel meningkat. Ketika terjadi hipernatremia, tubuh berupaya mempertahankan
air sebanyak mungkin melalui reabsorpsi dalam ginjal. Tekanan osmotik
intertisial meningkat dan cairan berpindah dari sel kedalam cairan ekstrasel
sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan mengganggu sebagai besar proses
fisiologis seluler. Dehidrasi yang terjadi karena insufisiensi asupan H2O.
Defisit H2O bebas dapat merangsang sekresi vasopresin dan rasa haus.
Dengan demikian, timbul keadaan yang menyebabkan pengeluaran urine untuk
mengganti H2O tubuh. Rangsangan untuk sekresi vasopresin dan rasa
haus datang dari reseptor hipotalamus yang terletak dakat dengan sel penghasil
vasopresin dan rasa haus. Reabsorpsi H2O di tubulus distal dan
saluran pengumpul meningkat sehingga pengeluaran urine berkurang dan H2O
ditahan. Satu stimulus yang mendorong rasa haus tetapi tidak menyebabkan
sekresi vasopresin adalah efek langsung kekeringan pada mulut seperti mulut dan
mukosa pada rongga mulut. Ujung-ujung saraf di mulut secara langsung dirangsang
oleh kekeringan, yang menyebabkan rasa haus kuat yang sering dapat diatasi
hanya dengan membasahi mulut walaupun sebenarnya tidak terjadi ingesti H2O.
Pada kasus dehidrasi berat, klien ditandai dengan mata yang cekung dan kering,
kesadaran menurun, mulut sangat kering, sulit/tidak bisa minum, jika kulit
dicubit kembalinya lama.