Wajib Militer Ala Anak SD Tema perdana event blogger Gandjel Rel yang dipilih oleh Nia Nurdiyansyah dan Anjar Sundari kali ini adalah t...
loading...
Tapi yang paling spesial adalah cerita tentang wajib militer ala anak SD yang saya alami semasa kecil. Wajib militer ini tentunya hanya kiasan, it means, disiplin ala militer yang diterapkan di rumah kami. Tentunya minus hukuman fisik ya, lha wong baru dilihatin Ibu saja kami (saya dan adik perempuan) sudah mewek duluan. Hahaha...
Ya, kedua orang tua saya adalah seorang polisi, sampai sekarang banyak keluarga besar saya yang bekerja di dunia militer. Dulu, kepolisian adalah bagian dari ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) bersama TNI AD, AL dan AU. Berbeda dengan sekarang, dimana kepolisian sudah memisahkan diri dan fokus dalam menjaga stabilitas dalam negeri.
Back to topic! Sebagai anak yang dibesarkan di keluarga militer, kami sangat ditekankan tentang kedisiplinan dalam berbagi pekerjaan rumah, belajar, termasuk cara menghormati orang yang lebih tua. Contohnya :
- Sejak usia SD, setiap pagi saya diberi tugas memasang berbagai atribut pada pakaian dinas Bapak Ibu, serta membrasso ikat pinggang dan segala perlengkapan yang akan dipakai hari itu. Wait, paham ga membrasso itu apa? Hehehe.. Brasso itu merk cairan pembersih dan pengkilap logam. Nah, di ikat pinggang maupun tempelan baju yang dipakai pak polisi / tentara itu kan banyak bahan logamnya, tugas saya adalah untuk membuatnya selalu mengkilap saat digunakan. Jadi setiap hari harus di'brasso'. Sedangkan adik menyemir sepatu, sementara Ibu memasak di dapur dan Bapak menyiapkan kendaraan yang akan dipakai. Kami semua sungguh sibuk di pagi hari ^,^
![]() |
Perlengkapan perang saya setiap pagi : Brasso dan Lap / Kaos Bekas Sumber gambar : http://www.indotrading.com |
- Setelah tidur siang sepulang sekolah (yang kebanyakan tidurnya cuma pura-pura) kami dipersilakan main, dengan syarat : harus sudah pulang / berada di rumah sebelum Ibu pulang. Ibu saya biasa pulang sekitar jam 4 sore, jadi sebelum itu saya dan adik harus sudah selesai main. Suatu hari, kami berdua sedang asyik main di tetangga depan rumah. Saking asyiknya, saya tidak memperhatikan jam. Hingga tiba-tiba terdengarlah suara motor, pertanda Ibu sudah pulang. Kami pun lari tunggang langgang menuju ke rumah dan disambut oleh Ibu yang sudah duduk di ruang tamu. Kami diminta duduk, dan sebelum Ibu membuka mulut kami berdua sudah menangis sesenggukan. Hehehe... kalau diingat lagi sungguh lucu, padahal saat itu Ibu akhirnya cuma mengingatkan saja. Baru dilihat saja kami udah nangis duluan!
- Kedua orang tua saya sangat menekankan penghormatan kepada orang yang lebih tua. Saya dan adik diajarkan berbagai "unggah - ungguh" kepada orang tua, seperti tidak boleh duduk di atas saat ada yang lebih tua duduk di bawah, membungkuk saat melewati orang yang lebih tua, berbicara dengan bahasakromo inggil (yang saat ini sudah sangat langka) dan masih banyak lagi. Salah satu diantaranya, bentuk penghormatan yang kami lakukan untuk Bapak, yaitu dengan pembiasaan bahwa setiap Bapak pulang dinas, kami akan berbagi tugas. Saya mengambilkan minum, adik mengambil sepatu Bapak untuk dikembalikan di rak, sedangkan ibu membawakan tas dan bawaan lainnya. Itulah ritual sambutan hangat kami sebagai rasa terima kasih atas kerja keras Bapak menangkap penjahat hari itu. Hahahaha..
Eits, tapi jangan dikira Bapak tinggal leyeh-leyeh di rumah saat kami sedang 'bertugas' ya. Bapak pun selalu turun tangan 'blusukan', melihat siapa yang sedang butuh bantuan. Terkadang beliau yang mencuci baju, kadang mengepel lantai, kadang benerin perabotan, kadang menguras bak, kadang ngecat, kadang naik genteng, bahkan nyetrika! Sampai sekarang saya dan anak-anak menganggap Mbah Kakung itu Handy Manny!Itu lho, tokoh kartun yang selalu bisa benerin apa aja yang rusak. Kalau adik saya punya istilah sendiri, katanya Bapak itu 'ketok magic'. Meski bapak cenderung lebih sedikit bicara, tapi saya sering dibuat terharu dengan perbuatan beliau. Seperti beberapa waktu lalu ketika asisten di rumah saya ijin dua minggu karena sakit, Bapak yang saat ini sudah pensiun datang ke rumah untuk sekedar menemani cucu-cucunya dan MENYELESAIKAN SETRIKAAN SAYA YANG SETUMPUK! Duh, saya sampai kepingin nangis saat sepulang kerja dan beliau bilang "Disini juga santai, mumpung ada waktu.." Huks..
Ok, itu baru tiga contoh ya, belum lagi urusan belajar yang harus 'nglothok'sebelum boleh keluar kamar dan lain sebagainya. Sebagai anak SD tentunya saat itu saya merasa jadi anak paling ketat dan disiplin dengan banyak aturan, namun ternyata manfaatnya sangat saya rasakan sampai sekarang.
"Meski semuanya terlihat sepele, ternyata segala hal yang saya lakukan selamaWajib Militer Ala Anak SDpunya arti yang mendalam"
Saat ini saya gantian mengajarkan tentang berbagi tugas rumah kepada anak-anak, aturan rumah (kapan main, kapan menonton tv, kapan pegang gadget, kapan belajar, kapan prakarya / fun time), kami bahkan punya jadwal harian yang disepakati bersama, and it's totaly fun! Saat ayah mereka (suami) pulang kantor, saya pun membiasakan untuk berbagi tugas mengambilkan minum, mengembalikan sepatu, membawakan tas, persis seperti apa yang saya, adik dan Ibu lakukan dulu. Meski semuanya terlihat sepele, ternyata segala hal yang saya lakukan selamaWajib Militer Ala Anak SDpunya arti yang mendalam, yang semoga kelak juga akan diingat oleh anak-anak saya.
Salam Hangat,