Pengaturan Keseimbangan Cairan Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone antidiuretik (ADH), hormone a...
loading...
Pengaturan Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi
melalui mekanisme haus, hormone antidiuretik (ADH), hormone aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.
1.
Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari erhadap kebutuhan
akan cairan. Rasa haus biasanya muncul apabila osmolaritas plsma mencapai 295
mOsm/kg. Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitif
terhadap perubahann osmolaritas pada
cairan ekstrasel. Bila osmolaritas meningkat, sel akan mengerut dan sensai
rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai
berikut.
a.
Penurunan perfusi ginjal merangasang pelepasan rennin, yang akan
menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk
melaksanakan substrat neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensasi haus.
b.
Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tejanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c.
Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
2.
Pengaruh hormonal
a.
Hormon ADH. Hormon ini di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi
juga dapat terjadi pada kondisi stress, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada
penggunaan beberapa jenis anestesi dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan
mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopressin
karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
b.
Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan
bekerja pada tubuh ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium
mengakibatkan retensi air. Pelepasan adosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasikalium, kadar natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin I.
Angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiontensin II. Sekresi
aldosteron juga distimulasikan oleh peningkatan potassium dan penurunan
konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan adrenocorticotropic hormone (ACTH)
yang diproduksi oleh pituitari anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka
terjadi tekanan darah arteri menurun, tekanan darah arteripada ginjal juga
menurun, keadaan ini menyebabkan tegangan
otot arteri aferen ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin
menstimulasi aldosteron yng berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak
banyak keluar melalui ginjal.
3.
Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapt di
banyak jaringan dan berperan dalam respon radang, pengontrolan tekanan darah,
kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin
berperan mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium.
4.
Glukokortikoid. Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan
airnsehingga memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh
karena itu, perubahan kadar glukokortikoid mengakibatkan perubahan pada
keseimbangan volume darah (Tambayong, 2000).
5.
Sistem limpatik. Plasma protein dan cairan dari jaringan tidak secara
langsung direabsorpsi ke dalam pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting
dalam kelebihan cairan dan protein sebelum masuk dalam darah.
6.
Ginjal. Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan
filtrasi CES di glumerulus, sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di
tubulus ginjal.
7.
Persarafan. Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan
cairan dan sodium. Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor
merespon pada dinding atrium kiri untuk distensi atrial dengan meningkatkan
stroke volume dan memicu respon simpatetik pada ginjal untuk pelepasan
aldosteron oleh korteks adrenal.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar
1.500-3.500 ml/hari. Sementara haluaran cairannya adalah 2.300 ml/hari.
Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, yakni kulit,
paru-paru, pencernaan dan ginjal.
1.
Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh
kerja saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan
pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas otot, temperature
lingkungan yang tinggi, dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit
dikenal dengan istilah insensible water
loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sementara itu,
pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20 ml/24 jam.
2.
Patru-paru.meningkatnya jumlah cairan yang keluar
melalui paru merupakan suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah
350-400 ml/hari.
3.
Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang
hilang melalui system pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml.
Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan
penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 1oC.
4.
Ginjal. Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan
yang utama pada tubuh. Pada individu dewasa, ginjal mengekskresikan sekitar
1.500 ml/hari.
Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia
berlangsung dalam tiga cara. Cara pertama melalui insensible water loss (IWL). Pada proses ini, cairan keluar melalui
penguapan di paru-paru. Cara kedua melalui noteceble
water loss (NWL); cairan di ekskresikan melalui keringat. Cara ketiga
melalui feses, tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit (Taylor, dkk.,1989).
Sementara menurut Price dan Wilson (1995), pengeluaran cairan pada orang dewasa
berlangsung dalam empat cara, yakni melalui urine (1.500 ml), feses (200 ml),
udara ekspirasi (400 ml), dan keringat (400 ml). jadi, total pengeluaran cairan
tubuh adalah 2.500 ml.
Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan
cairan yang utama. Setiap harinya, ginjal menerima hampir 170 L darah untuk di
saring menjadi urine. Produksi urine untuk Semua kelompok usia adalah 1
ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,51/hari. Jumlh urine
yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone (Tarwoto dan
Wartonah, 2003)
Dalam
pengaruh keseimbangan cairan, dikenal dengan istilah obliogatory loss. obliogatory loss adalah meanisme
pengeluaran cairan yang mutlat terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
(misalnya pengeluaran keringat). Selain melalui kulit, paru-paru, system
pencernaan, dan ginjal, keseimbangan cairan juga diatur melalui system
kardiovskular, endokrin, dan pernafasan.