ADAPTASI PSIKOLOGI MASA NIFAS A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama k...
loading...
ADAPTASI
PSIKOLOGI MASA NIFAS
A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam
Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi sudah
terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan.
Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.
Pengalaman
yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Fungi menjadi orang tua
2.
Respon dan dukungan dari keluarga
3.
Riwayat dan pengalaman kehamilan
serta persalinan.
4.
Harapan, keinginan dan inspirasi
saat hamil dan melahirkan.
B. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu
pada masa nifas antara lain :
1.
Fase Taking In
Fase ini merupakan merupakan periode
ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya
sendiri. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase
menerima, suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan.
Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 3 hari.
Penelitian yang lebih baru (Ament, 1990) mendukung pernyataan Rubin, kecuali
bahwa wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase menerima.
Fase menerima yang kuat hanya terlihat
pada 24 jam pertama pascapersalinan. Selama beberapa jam atau beberapa hari
pasca persalinan, wanita sehat yang dewasa tampaknya mengesampingkan semua
tanggung jawab sehari-hari. Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons
terhadap kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan.
Pada fase ini suatu waktu yang penuh
kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka
merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran
dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman
ini membantu oang tua untuk berpindah ke fase berikutnya. Kecemasan dan
keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit tingkat persepsi ibu. Oleh
karena itu, informasi yang diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang.
Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules,
nyeri luka jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini
adalah :
a.
Kekecewaan pada bayinya
b.
Ketidaknyamanan sebagai akibat
perubahan fisik yang dialami.
c.
Rasa bersalah karena belum bisa
menyusui bayinya
d.
Kritikan suami atau keluarga tentang
perawatan bayinya.
2.
Fase Taking Hold
Fase ini adalah periode yang
berlangsung antara 3 10 hari pascapersalinan. Dalam fase ini, secara
bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang
lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia
berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan
berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang
gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Dalam
6 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas
sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Harapan yang realitis mempermudah
kelangsungan fungsi-fungsi keluarga selanjutnya sebagai suatu unit. Beberapa
wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus
merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab dirumah dan merawat bayi.
Ibu yang kelihatanya memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut:
a.
Primipara yang belum berpengalaman
mengasuh anak.
b.
Wanita karier
c.
Wanita yang tidak punya cukup banyak
teman/keluarga untuk dapat berbagi rasa.
d.
Ibu yang berusia remaja.
e.
Wanita yang tidak bersuami.
Pada fase ini tidak jarang terjadi
depresi. Persaan mudah tersinggung bisa timbul akibat berbagai faktor. Secara
psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang
tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari anggota
keluarga dan teman-teman ketika dia hamil. Beberapa ibu menyesal tentang
hilangnya hubugan antara ibu dengan anak yang belum lahir. Beberapa yang lain
mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah selesai.
Keletihan pasca persalinan
diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga mudah dapat timbul perasaan
depresi. Dikatakan bahwa masa puerperium ini, kadar gluko kortiokid dalam
sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan
fisiologis ini dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan. Reaksi depresif
tidak perlu diekspresikan secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai
oleh perilaku yang khas (menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling
dan menangis). Ketika tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat
dikendalikan, tercapailah suatu keadaan stabil. Pada saat ini, tanggung jawab
baru sebagai orang tua, yang harus dihadapi selama hidup, mulai menjadi pusat
perhatian.
3. Fase Letting Go
Pada fase ini, ibu dan keluarganya
bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para nggota saling berinteraksi.
Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang anak,
kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan utama ialah menciptakan
suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak
melibatkna anak pasangan ini harus berbagi kesenangan yang bersifat dewasa. Kebanyakan
suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ketiga atau keempat
setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan lebih awal, yakni segera setelah
hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu
taking in, taking hold, dan letting go yang merupakan perubahan perasaan
sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang diraasakan dan akan kembali
secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan
tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi
sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya
sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa
aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.
C. Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa
Nifas
1.
Depresi pascapersalinan (Post Partum
Blues)
Post partum blues sering juga
disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
pascapersalinan. Atau merupakan kesedihan atau kemurungan pascapersalinan, yang
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2 hari 2 minggu sejak
kelahiran bayi. Disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua
perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Gejala-gejalanya
sebagai berikut:
a.
Cemas tanpa sebab
b.
Menangis tanpa sebab
c.
Tidak sabar
d.
Tidak percaya diri
e.
Sensitif mudah tersinggung
f.
Merasa kurang menyayangi bayinya
Penyebabnya :
a.
Kekecewaan emosional (hamil, salin)
b.
Rasa sakit pada masa nifas awal.
c.
Kelelahan, kurang tidur
d.
Cemas terhadap kemampuan merawat bayi
e.
Takut menarik lagi bagi suami.
Banyak faktor
yang dianggap mendukung pada sindroma ini, yaitu :
a.
Faktor hormonal yang terlalu rendah
b.
Faktor demografik yaitu umur dan
parietas.
c.
Pengalaman dalam proses kehamilan
dan persalinan Latar belakang psikososial yang bersangkutan.
2.
Depresi Post partum
Depresi postpartum adalah depresi
berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari,
dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt (1988) dalam Pitt
(Regina dkk,2001) depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari
kehari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido. Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa
mengalami depresi 3 bulan pertama setelah persalinan, wanita stersebut secara
sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian
hidupnya. Depresi pasca persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.
Faktor Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum
sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan
hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
b.
Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang
tepat bagi seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan
hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang
ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi
seorang ibu.
c.
Faktor pengalaman.
Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan
pada primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres.
d.
Faktor pendidikan.
Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi
tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang
memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan
peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
e.
Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi
medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik
yang ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma
psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi
depresi pasca persalinan.
f.
Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit
banyak berkurang.
Gejala depresi seringkali timbul
dengan gejala kecemasan. Manivestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut
sering timbul sebagai keluhan umum seperti sukar tidur, merasa bersalah,
kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh bdiri. Keluhan dan
gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan
depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan pikiran-pikiran ingin bunuh
diri, paham-paham paranoid dan ancaman-ancaman kekerasan terhadap anak-anaknya.
Tetapi dibandingkan dengan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai
karakteristik yang spesifik antara lain mimpi buruk, insomnia, fobia,
kecemasan, meningkatnya sensifitas, dan perubahan mood.
3.
Post Partum Psikosa
Depresi ini merupakan depresi yang
terjadi pada minggu pertama dalam enam minggu pasca persalinan yang disebabkan
karena wanita menderita bipolar disorder atau schizoaffiktif disorder. Wanita
trsebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena postpartum psikosa. Gejalanya
ialah:
a.
Delusi
b.
Halusinasi
c.
Gangguan saat tidur
d.
Obsesi mengenai bayi
e.
Kesedihan dan Duka Cita
Setelah ibu
melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan tetapi ibu
juga akan mengalami kesedihan dan duka cita, adapun kesedihan dan duka cita ibu
sebagai berikut:
a.
Kemurungan masa nifas.
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan
perubahan dalam diri seorang wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara
kehidupannya setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami
kemurungan pasca persalinan,karena ia masih mudah mempunyai mempunyai masalah
dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas adalah hal yang umum dan
perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah
melahirkan.
b.
Terciptanya ikatan ibu dan bayi.
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam
pertama setelah kelahiran adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang
dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya, meletakkan
bayinya disamping ibunya. Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri
saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu lampu ruangan agar bayi membuka
matanya. Perilaku normal orangtua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama
kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi
dengan telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikannya
sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi. Tanda
dan gejala kemurungan masa nifas yaitu sangat emosional sedih khawatir, mudah
terisnggung, cemas, merasa hilang semngat, mudah marah, sedih tanpa sebab dan
menangis berulang kali. Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita
selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi.
Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil
dan smentara proses menyusui telah terjadi. Kemurungan dapat terjadi semakin
parah oleh adanya ketidaknyamana jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan
yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adatnya cara
penanganan yang tidak peka oleh para petugas.
D. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis
Ibu Dalam Masa Nifas
1.
Depresi pascapersalinan (Post Partum
Blues)
a.
Mempersiapkan persalinan dengan
lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada materi, tapi yang lebih penting
dari segi psikologis dan mental ibu.
b.
Dengan cara pendekatan terapeutik.
Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka
kesembuhannya dengan cara :
1)
Mendorong pasien mampu meredakan
segala ketegangan emosi
2)
Dapat memahami dirinya
3)
Dapat mendukung tindakan konstruktif
c.
Dengan cara peningkata suport
mental/dukungan keluarga.
1)
Minta bantuan suami atau keluarga
yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan
2)
Beritahu suami mengenai apa yang
sedang dirasakn ibu, mintalah dukungan dan pertolongannya.
3)
Menyarankan ibu untuk membuang rasa
cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering
merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
4)
Menyarankan ibu untuk mencari
hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
2.
Depresi PostPartum
a.
Berikan dukungan emosional kepada
ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih.
b.
Menyarankan pada ibu untuk beristirahat
dengan baik, berolahraga yang ringan, bernbagi cerita dengan orang lain,
brsikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru, dan menyarankan pada ibu
untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
3.
Depresi Postpartum Psikosa
a.
Hendaknya anggota keluarga harus
lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis
agar tidak merasa kehilangan perhatian
b.
Sarankan kepada pasien untuk
istirahat cukup, mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, bergabung
dengan orang-orang yang baru, bersikap fleksibel, berbagi cerita dengan orang
yang terdekat, serta sarankan berkonsultasi dengan tenaga medis.